Pengertian Kalimat
Deduktif
Paragraf adalah bagian suatu
karangan yang mengandung satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas.
Pengertian paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf
yang kalimat utamanya berada di awal paragraf, kemudian diikuti kalimat kalimat
penjelas.
Contoh paragraf deduktif :
Pemuda warga desa Tenteram memutuskan
melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme
terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah
silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air.
(Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis
minor).
Akasia
membutuhkan air (Konklusi)
Silogisme
Golongan
Pada
silogisme jenis ini terdapat dua permis dan satu kesimpulan. Kedua premis
tersebut terdiri dari premis umum dan premis khusus atau disebut juga premis
mayor dan premis minor.
a. Premis
umum menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu memiliki sifat atau hal
tertentu.
b. Premis
khusus menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang adalah anggota dari golongan
tertentu itu.
c.
Kesimpulan menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu.
Jika
dirumuskan:
PU : A = B
PK : C = A
K : C = B
Keterangan:
PU = premis
umum
PK = premis
khusus
K =
kesimpulan
Contoh
silogisme golongan
PU: Semua
unggas berkembang biak dengan cara bertelur.
PK: Ayam
adalah unggas.
K : Ayam
adalah petelur.
PU: Semua
murid SMAN 1 Balapulang lulus ujian nasional.
PK: Lia
adalah murid SMAN 1 Balapulang.
K : Lia
lulus ujian nasional.
Silogisme
Negatif
Silogisme
negatif ditandai dengan adanya penggunaan kata bukan atau tidak pada premis dan
kesimpulan. Jika salah satu premis dalam silogisme bersifat negatif, maka
kesimpulannya juga bersifat negatif.
Contoh
silogisme negatif
PU: Semua
siswa SMA Antah Berantah tidak pernah berpikir untuk menggunakan bocoran saat
mengerjakan soal ujian nasional.
PK: Sukino
adalah siswa SMA Antah Berantah.
K : Sukino
tidak pernah berpikir untuk menggunakan bocoran saat mengerjakan soal ujian
nasional.
Silogisme
yang Salah
Pada suatu
argumentasi perlu berhati-hati dalam menggunakan penalaran pada silogisme.
Karena jika tidak, maka bisa memunculkan kesalahan ketika menarik kesimpulan.
Merumuskan suatu premis harus cermat supaya tidak terjadi kesalahan dalam
penarikan kesimpulan. Untuk mencegah kesalahan, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini.
a. Dari dua
premis khusus akan membuahkan kesimpulan yang diragukan.
Contoh:
PU: Rombeng
diterima sebagai mahasiswa UGM.
PK: Rombeng
remaja yang taat beribadah.
K : Remaja
yang taat beribadah diterima sebagai mahasiswa UGM. (?)
(semua
premis termasuk premis khusus sehingga tidak bisa ditarik kesimpulan)
PU: Semua
yang diterima sebagai mahasiswa UGM adalah remaja yang taat rajin menabung.
PK: Rombeng
diterima sebagai mahasiswa UGM.
K : Rombeng
adalah remaja yang rajin menabung. (?)
b. Dalam
premis khusus, A tidak menjadi predikat. C tidak dihubungkan dengan A,
melainkan dengan B. Jadi, baik premis umum maupun premis khusus dihubungkan
dengan B. Silogisme yang demikian menghasilkan kesimpulan yang tidak dipercaya
atau diragukan.
Contoh:
PU: Semua
anggota OSIS SMA Antah Berantah adalah siswa yang pandai.
PK: Kustovo
Roberto adalah siswa yang pandai.
K : Kustovo
Roberto adalah anggota OSIS SMA Antah Berantah. (?)
PU: Semua
pejabat adalah orang kaya.
PK: Ayah
Klewer adalah orang kaya.
K : Ayah
Klewer adalah pejabat. (?)
c. Dari dua
premis yang negatif menghasilkan kesimpulan yang diragukan.
Contoh:
PU: Semua
tukang becak tidak memerlukan SIM.
PK: Anu
bukan tukang becak.
K : Anu
memerlukan SIM. (?)
d. Apabila
premis umum tidak menyatakan semua anggota golongan, maka akan menghasilkan
kesimpulan yang diragukan.
Contoh:
PU: Tidak
semua pejabat adalah penjahat.
PK:
Gambreng adalah penjahat.
K :
Gambreng adalah pejabat. (?)
Entimem
Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani
“en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis sylogisme
yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk
menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen
karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah
"enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang
tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.Menurut Aristoteles yang ditulis
dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk
pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik
bertujuan untuk pada demonstrasi.
Rumus:
C = B,
karena C = A
Contoh:
PU: Semua
pemimpin yang jujur tidak mau melakukan korupsi.
PK: Pak
Brewok seorang pemimpin yang jujur.
K : Pak
Brewok tidak mau melakukan korupsi.
Entimem:
Pak Brewok tidak melakukan korupsi, karena ia seorang pemimpin yang jujur.
Rantai
Deduktif
Penalaran
yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak
berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan
beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Semua
coklat manis rasanya Sebagian yang manis rasanya adalah coklat Jika stres saya
makan coklat Karena coklat dapat menghilangkan stres Saya tidak pernah menolak
diberi coklat Karena saya memang sangat
suka coklat
Laras tidak suka buah nanas Karena nanas
asam rasanya Laras diberi buah nanas Jadi Laras tidak memakannya
Referensi :
http://blacklivs.blogspot.com/2014/03/bahasa-indonesia-2-tugas-minggu-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar